Jumat, 18 Februari 2022

Sekarat

 

Aku pergi bukan karena jahat.
Aku pergi karena aku takut sekarat.

Sekarat dalam hati yang tak lagi semangat.
Sekarat dalam keliru yang menjerat.
Dan sekarat dalam rasa yang memang telah mengarat.

Jangan mengutukku,
karena suatu hari kamu pun akan mengerti
ketika dirimu sendirilah yang harus pergi.

Sebelum separuh diriku benar-benar runtuh.
Sebelum segala impianku pun ikut memudar.

Maka aku putuskan untuk pergi dan berlari.

Apapun yang memberatkanmu tentangku,
Lepaskanlah.
Apapun yang terasa mengikatmu kepadaku,
Lepaskanlah.

Apa yang membuatku dilema
Sungguh lebih berat dari sekelumit kisah yang terlihat.
Sungguh pergulatanku dengan nurani lebih pelik,
Dari sekedar kata yang dapat terucap.

Maka harus kukatakan lagi bahwa aku pergi
bukan karena aku jahat padamu.
Namun karena aku tak mau hati ini mati.
Ini bukan pil pahit yang harus aku telan semuanya.

Ini tentang memilih mata angin
yang akan membawaku kepada kehidupan baru
dan tentu tak akan mematikan jiwa dan hatiku.

Terdengar dalam dan sulit untuk dihadapi,
Namun suatu hari kamu hanya akan mengingatnya sebagai hal yang pernah terjadi.
Dan kelak semua tidak akan terlalu membebani lagi.  

Kabar yang mungkin tak terduga adalah,
kamu menyesal telah pergi.
namun kamu akan lebih sial jika tetap tinggal.

Karena saat itu kamu biarkan hatimu remuk
Atas apa yang tetap kamu jalani.
Kamu akan merugi,
karena tak mendengar bisik nurani dalam diri.

17 juni 2020 23:43

Tidak ada komentar: